Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif tapi juga harus secara kualitatif. Agar perkembangan manusia menjadi manusia itu manusiawi di butuhkan upaya humanisasi. Ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya untuk memanusiakan manusia adalah melalui proses pendidikan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Upaya humanisasi manusia melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang berperan besar adalah orang tua. Di sekolah yang berperan besar adalah para guru, sedangkan di lingkungan masyarakat yang berperan dalam pendidikan adalah teman pergaulannya. Selain itu faktor individu juga berperan juga menentukan hasil dari upaya tersebut. Mengapa manusia perlu di manusiakan lewat pendidikan?, karena pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
Tujuan Pendidikan
Secara bahasa tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud . Suatu contoh adalah ketika orangtua menyekolahkan anaknya agar menjadi cerdas dan berakhlaq, maka tujuan dia mendidik anaknya ke sekolah adalah untuk hal tersebut. Dalam skala yang lebih besar pendidikan diatur oleh pemerintah baik sistem maupun managemennya. Di Indonesia berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB II, Pasal 3 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam bertahan hidup seseorang harus belajar dimanapun dan kapanpun dan tidak harus dalam kerangkeng bangku sekolah. Pendidikan dimanapun dan kapanpun pada esensinya adalah sama. Satu tujuan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama dalam diri kita. Unsur unsur itu pada dasarnya tidak berbeda meski tempat dan waktunya berlain-lainan.
Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan pengetahuan. pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama saja. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya.
Dengan 20% anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pendidikan, apa yang hendak kita capai, apa yang akan kita lakukan?. Misi, tujuan, dengan demikian adalah sesuatu yang luar biasa penting dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Lalu kalau kita ingin punya tujuan, dengan sendirinya kita juga perlu mendefinisikan visi, pandangan, orientasi. Orientasi yang jelas akan mengarahkan kita melangkah menuju ke tujuan tersebut. Dan kemudian baru kita harus menentukan bagaimana kita melangkah. Agar suatu saat bisa sampai ke tujuan tersebut. Tujuan inilah yang perlu jadi disadari bersama di segala level dan dijaga agar terus berorientasi mengatasi permasalahan aktual yang sedang dihadapi walaupun pemerintahan dijabat bergantian oleh individu yang berbeda. Kemudian, visi dan misi pendidikan harus juga bisa diterjemahkan ke setiap level penyelenggaraan pendidikan, di lembaga pemerintahan yang memfasilitasi masyarakat (Diknas) dari level pusat ke daerah dan kemudian juga di setiap lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar ke pendidikan tinggi, swasta maupun negeri, formal maupun non-formal.
Apakah pendidikan yang berhasil itu harus mahal? Ternyata banyak contoh kasus lembaga yang menekankan kepada hakikat tujuan pendidikan, karena itu semua tidak membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sebagaimana halnya berbagai pondok pesantren, dan juga Perguruan Taman Siswa, serta berbagai lembaga pendidikan alternatif seperti, Kejar (Kelompok Belajar) Paket A dan B yang berhasil menghasilkan siswa dan santri berkualitas meski berbiaya minimalis bahkan nyaris gratis. Keberhasilan pendidikan tidak dengan biaya yang mahal. Karena pendidikan lebih bersifat spiritual, sedangkan biaya mahal hanyalah menyangkut material, yang berwujud gedung, sarana, dan sarana prasarana yang belum tentu menjadi jaminan bagi tercapainya hakikat tujuan pendidikan Bahkan tidak mungkin lagi siswa-siswa yang duduk di sekolah-sekolah yang berbiaya mahal, mereka malah akan menenuhi syarat sebagai politikus korup. Kita tidak tahu semuanya sebagaimana dulu orang tua koruptor tidak tahu bahwa kecerdasan anaknya di bangku sekolah akan menjadikannya seorang koruptor. Kiranya sekarang perlunya pengembalian lagi ke esensi dari hakikat dan tujuan pendidikan.
Itulah bedanya tujuan diadakannya pendidikan di negara Indonesia, yaitu Taqwa, Cerdas dan Terampil. Yang tersurat dalam UU Sisdiknas dengan negara-negara lain, sekalipun sama-sama mempunyai tujuan pendidikan di negara masing-masing.
Dengan tujuan ini sudah seharusnyanya seseorang yang telah memasuki dunia pendidikan harus berbeda dengan orang yang belum pernah mengenyam pendidikan. Perbedaan itu tentu harus terlihat dari ketaqwaan, kecerdasan dan ketrampilannya. Manakala tidak ada perbedaan apalah artinya pendidikan baginya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, dari sisi ketaqwaan maka dia harus lebih bertaqwa. Mengapa? Karena semakin tinggi pendidikan berarti dia semakin tahu tentang hal yang baik dan yang buruk, mana yang jahat dan tidak jahat. Kalau dia tidak semakin taqwa, dia pasti akan menjadi seseorang yang sombong, angkuh karena telah mampu mengenyam pendidikan yang tinggi. Dari sisi perasaan seseorang yang berpendidikan tinggi pasti lebih egois dan kurang menghargai perasaan orang lain jika tujuan taqwa ini tidak ada padanya. Karena dengan peningkatan ketaqwaan ini seseorang akan lebih santun, berakhlak mulia dan dapat menghargai perasaan sesama, tentunya dengan pengetahuan yang dia miliki.
Kemudian seseorang yang berpendidikan pasti menjadi lebih cerdas. Ini menjadi tujuan utama orang tua memasukkan anaknya untuk masuk dunia pendidikan. Terkadang orang tua lupa bahwa ketaqwaan adalah modal utama hidup (sisi rohani). Orang yang cerdas tidak bertaqwa dia akan menjadikan kecerdasannya untuk mengbohongi orang lain, dan hal negatif lainnya. Demikian pula keterampilannya, kalau dia tidak bertaqwa ketampilannya akan digunakan untuk menjahili orang lain.
Disisi lain memang tak mudah menciptakan generasi yang bertaqwa. Lebih mudah menciptakan generasi yang cerdas dan terampil daripada menciptakan generasi yang bertaqwa. Tetapi paling tidak untuk meminimalkan seseorang yang cerdas menjadi jahat. Kita semua pasti setuju kejahatan tidak akan pernah hilang dimuka bumi, tapi apakah kita harus menyerah? Tidak. Manusia diwajibkan untuk menyerukan kebaikan dan menjauhi kejahatan oleh Tuhan. Jika itu sudah kita lakukan maka hasil akhirnya kita serahkan kepada Tuhan. Kita telah berusaha dan tak pernah lelah menyeru untuk kebaikan. Orang tua dan guru harus bisa menjadi teladan dalam hal ketaqwaan bagi anak/ anak didiknya. Disini pentingnya ketiga tujuan diatas agar benar-benar di tanamkan pada anak didik sejak taman kanak-kanak. Meninggalkan salah satunya menyebabkan kehidupan tidak seimbang.
Penutup
Pendidikan hakikatnya tidaklah berbuntu pada tembok sekolah saja. Lebih luas lagi kehidupan adalah pendidikan itu sendiri. Kehidupan adalah suatu perguruan yang maha luas. Segala sesuatu yang kita temua adalah sang guru. Namun dalam kehidupannya manusia membuat aturan agar pendidikan itu berjalan sistematis dan memenuhi harapan daripada tujuan pendidikan itu.
Olehnya itu masing-masing diri haruslah menyadari pendidikan sebagai suatu prosees pembaharuan dalam diri, gunakanlah masa-masa di dalam dunia pendidikan ini sebaik mungkin, karena factor utama dalam pengembangan pendidikan di Indonesia berasal dari individu dan kelompok. Jadikanlah pendidikan sebagai hal utama dalam diri.